Rabu, 23 Desember 2009

Sepuluh Prinsip Ekonomi

-->
1.    Orang Menghadapi Tradeoff
            Pelajaran pertama mengenai pengambilan keputusan dapat dirangkum dalam pribahasa “tidak sesuatu yang gratis di dunia ini” artinya saat hendak mendapatkan sesuatu maka kita harus mengorbankan sesuatu yang lainnya.
            Sebagai contoh, saat seseorang memilih belajar, maka orang tersebut telah kehilangan kesempatan untuk mengerjakan hal lainnya seperti bermain futsal, sepeda atau jalan-jalan. Kegiatan lain yang tidak bisa dilakukan saat seseorang tersebut belajar di sebut sebagai biaya.
            Tradeoff yang dihadapi masyarakat adalah effisiensi artinya masyarakat mendapatkan hasil optimal  dari sumberdaya langka yang ada. Dan pemerataan yaitu pembagian hasil yang merata dari sumberdaya langka tersebut terhadap masyarakat.
2.    Biaya Adalah Apa Yang Dikorbankan Untuk Mendapatkan Sesuatu
            Seperti yang telah dijelaskan pada prinsip pertama, pengertian biaya adalah apa yang kita korbankan untuk mendapatkan sesuatu. Hal tersebut dalam ilmu ekonomi biasa disebut sebagai opportunity cost.
3.    Orang Berpikir Secara Rasional
            Artinya saat seseorang menentukan keputusan atau pilihan, orang tersebut bekerja pada pikiran rasional. Saat menghadapi pilihan untuk melanjutkan sekolah (s2) atau mecari kerja. Yang ia pikirkan adalah apa keuntungan dari melanjutkan sekolah yaitu pengetahuan, pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan lebih bersar. Atau memilih mencari kerja dengan keuntungan yaitu lebih cepat memiliki penghasilan sendiri. Dan kerugiannya, yaitu kehilangan hal-hal dari pilihan yang ia tinggalkan.
4.    Orang Tanggap Tehadap Insentif
            Seseorang biasanya akan lebih “aktif” saat seseorang tersebut mendapatkan keuntungan tambahan dari apa yang ia kerjakan. Contohnya seseorang akan bekerja sessua porsi saat penghasilannya tetap, tetapi saat ada insentif maka ia akan bekerja secara ekstra dari sebelumnya. Contoh lainnya  adalah seperti pak Ogah, yang  hanya akan bekerja apabila ada “cepe”
5.    Perdagangan Menguntungkan Semua Pihak
            Pada prinsip ini yang paling ditonjolkan adalah spesialisasi, contohnya yaitu suatu Negara akan memproduksi sesuai kemampuan yang paling optimal ( biaya produksi rendah, kemampuan produksi tinggi, kualitas bagus) yang dimiliki lalu menjualnya ke Negara lain yang tidak optimal produksinya dari barang tersebut dan barang produksi yang tidak bisa dihasilkan secara optimal maka Negara tersebutpun akan membeli dari Negara lain yang produksinya lebih optimal.
6.    Pasar Adalah Tempat Yang Baik Dalam Mengorganisasikan Kegiatan Ekonomi
            Dengan menggunakan jenis perekonomian pasar, keputusan-keputusan dari suatu perencanaan yang terpusat, digantikan oleh keputusan-keputusan dari jutaan perusahaan dan rumah tangga. Perusahaan memutuskan siapa yang akan dipekerjakan dan barang apa yang akan diproduksi, kemudian rumah tangga memutuskan akan bekerja di perusahaan mana dan akan membeli barang apa dari penghasilan mereka. Perusahaan dan rumah tangga saling berinteraksi di pasar, dimana harga dan kepentingan-kepentingan pribadi mempengruhi dan memandu keputusan-keputusan yang mereka buat.
7.    Pemerintah Kadang Mampu Meningkatkan Faktor Produksi
            Seperti dalam kasus krisis perekonomian seperti sekarang diamana banyak perisahaan yang bangkrut dan terjadi kegagalan pasar, pemerintah dapat turun tangan dan menyelamatkan perusahaan tersebut dari kebangkrutan, dan menjaga kemampuan produksi sekaligus meminimalisir angka pengangguran dengan cara melakukan buyout, atau pembelian/pengambil alihan sebuah perusahaan oleh pemerintah. Walau begitu pemerintah tidak selalu harus melakukan hal tesebut.
8.    Standar Hidup Suatu Negara Bergantung Pada Kemampuannya Menghasilkan Barang Dan Jasa
            Apa yang bisa menjelaskan perbedaan-perbedaan yang sangat besar antara satu standar hidup dengan standar hidup lainnya diberbagai Negara di dunia?. Jawabannya cukup sederhana, yaitu kemampuan factor produksi dari suatu Negara. Dinegara dimana para pekerjanya dapat menghasilakan barang dan jasa dalam jumlah besar per satu satuan waktu, sebagian besar masyarakatnya hidup dalam standar hidup yang tinggi. Begitu pula sebaliknya. Hubungannya yaitu tingkat pertumbuhan produktivitas suatu Negara menetukan tingkat pertumbuhan pendapatan rata-ratanya.
9.    Harga-Harga Meningkat Jika Pemerintah Mencetak Uang Terlalu Banyak
            Tingginya tingkat peredaran uang akibat dari tingginya produksi uang itu sendiri, menyebabkan nilai dari uang tersebut menjadi semakin kurang berharga yang berdampak pada terjadinya inflasi. Sehingga harga barang naik karena niali dari uang tersebut menurun.\
10. Masyarakat Menghadapi Tradeoff jangka Pendek Antara Inflasi Dan Pengangguran
            Tradeoff antara inflasi dan pengangguran sifatnya hanyalah sementara, namun dapat berlangsung menahun. Dinegara tertentu meningkatnya inflasi akan mengurangi  pengangguran. Namun hal tersebut tampaknya tidak terjadi di Indonesia


diolah dari buku : Ekonomi Makro oleh Gregory Mankiw

Rabu, 02 Desember 2009

sejarah Muhammadiyah dan UMY


Sejarah Muhammadiyah




Sebagai sebuah gerakan sosial keagamaan, Muhammaddiyah merupakan suatu fenomena modern saat didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tahun 1912. Ciri kemodernan tampak paling sedikit dalam tiga hal pokok :



* Bentuk gerakannya yang terorganisasi

* Aktifitas pendidikan yang mengacu pada model sekolah modern untuk ukuran jamannya

* Pendekatan Teknologis yang digunakan dalam mengembangkan aktifitas organisasi terutama amal usahanya



Ciri yang ketiga ini sesungguhnya memberi warna tersendiri bagi berbagai aktifitas Muhammadiyah pada periode awal. Baik yang berkaitan dengan pemikiran keagamaan yang dikembangkan maupun yang berhubungan dengan berbagai model aktifitas yang diselenggarakan. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa pendekatan teknologis yang digunakan bertumpu pada kecermatan membaca realita sosial serta ketepatan memperhitungkan tantangan saat itu dan di masa depan. Pengembangan aktifitasorganisasi kemudian dirumuskan sebagai jawaban strategis terhadap kondisi saat itu dengan memperhitungkan tantangan masa depan. Bahkan Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan adalah jawaban strategi itu sendiri.



Kendatipun Muhammadiyah lahir sebagai perwujudan dari suatu pergumulan pemikiran yang mendalam, akan tetapi jawaban strategis yang diberikan bukanlah dalam bentuk gerakan pemikiran semata-mata, akan tetapi merupakan amal nyata di tengah-tengah masyarakat. Dataran geraknya adalah praktis, tetapi basisnya adalah pemikiran.



Dengan pendekatan teknologis itulah Muhammadiyah sejak awal kehadiran- nyasebagai gerakan Islam dakwah dan tadjid, membrikan perhatian yang paling utama kepada pengambangan SDM. Hal ini dapat dilihat dari kiprahnya di bidang pendidikan, kesehatan dan tabligh.



Oleh karena itu sangat mudah dipahami bahwa 84 tahun setelah didirikannya Muhammadiyah mengalami pertumbuhan yang spektakuler diberbagai amal usahanya, khususnya dibidang pendidikan. Di dalam pendidikan tinggi misalnya, Muhammadiyah saat ini mempunyai :



* 37 universitas

* 5 institut

* 66 sekolah tinggi

* 61 akademi

* 3 politeknik



Sejarah Berdirinya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta



Perhatian utama kepada pengembangan SDM inilah yang juga mendorong para aktifis Muhammadiyah meng-ikhtiar-kan beridirinya universitas di “Ibu kota” Muhammadiyah, Yogyakarta. Niat untuk mendirikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah ada sejak lama. Prof. Dr. Kahar Muzakkir dalam berbagai kesempatan melemparkan gagasan perlu didirikannya Universitas Muhammadiyah. Ketika Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pengajaran meresmikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1960, secara eksplisit piagam pendiriannya mencantumkan FKIP sebagai bagian dari Universitas Muhammadiyah. Barulah pada Maret 1981, melalui perjuangan yang keras beberapa aktifis Muhammadiyah seperti Drs. H. Mustafa Kamal Pasha, Drs. M. Alfian Darmawam, Hoemam Zainal, S.H., Brigjen. TNI. (Purn.) Drs. H. Bakri Syahid, K.H.Ahmad Azhar Basir, M.A., Ir.H.M.Dasron Hamid, M.Sc., H.M. Daim Saleh, Drs.M.Amien Rais, H.M.H Mawardi, Drs.H.Hasan Basri, Drs.H.Abdul Rosyad Sholeh, Zuber Kohari, Ir.H.Basit Wahid, serta didukung oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat itu, K.H. A.R. Fakhrudin dan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY H. Mukhlas Abror, secara resmi didirikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang kemudian berkembang hingga saat ini.



Pada awal berdirinya, rektor UMY dipercayakan kepada Brigjen. TNI (Purn) Drs. H. Bakri Syahid, yang saat itu sudah selesai masa tugasnya sebagai Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rektor periode berikutnya dipercayakan kepada Ir.H.M. Dasron Hamid, M.Sc. Akan tetapi karena proses permintaan ijin menteri belum selesai, maka ditunjuk seorang sesepuh Muhammadiyah, H.M.H Mawardi, menjadi rektor. Setelah turun ijin menteri, ditetapkan kembali Ir.H.M. Dasron Hamid, M.Sc. manjadi rektor UMY.



Perkembangan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta



Setelah melewati masa-masa yang sulit dan melelahkan, UMY kini telah memiliki 7 fakultas, yaitu :



* Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

* Fakultas Ekonomi

* Fakultas Hukum

* Fakultas Agama Islam

* Fakultas Pertanian

* Fakultas Teknik

* Fakultas Kedokteran



Peningkatan kualitas SDM pengelola mendapat prioritas utama dalam pengembangan UMY. Oleh karena itu, setiap tahun UMY mengirimkan sekitar 20 hingga 30 tenaga pengajar untuk mengikuti studi lanjut, S2 dan S3, baik di dalam maupun di luar negeri